TUGAS
TERSTRUKTUR
MATA KULIAH
BELAJAR DAN PEMBELAJARAN
“ MODEL-MODEL PENGEMBANGAN PEMBELAJARAN “
DOSEN : Prof.
Dr. H. MASHUDI, M.Pd
MAKALAH
Disusun Oleh :
FALCIFERA SILVIA OKTADIANI
F01110032
PENDIDIKAN
EKONOMI
FAKULTAS
KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS
TANJUNGPURA
PONTIANAK
2011
KATA
PENGANTAR
Alhamdullillahhirobil
a’lamin, segala puji kita panjatkan kehadirat Allah SWT atas segalah
rahmat dan hidayahNya tercurahkan kepada kita yang tak terhingga ini,
sholawat serta salam kita panjatkan kepada junjungan Nabi besar kita Muhammad
SAW dan keluarganya, sahabatnya, beserta pengikutnya sampai akhir zaman amin ya
robal alamin.
Karena
anugerah dan bimbingan-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini yang merupakan
salah satu tugas dari mata kuliah BELAJAR DAN PEMBELAJARAN tepat waktu. Kami menyadari bahwa
dalam penulisan makalah ini banyak sekali terdapat banyak kekurangan. Oleh
karena itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun
demi kesempurnaan makalah ini.
Kami
menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam
penyusunan makalah ini. Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kami
khususnya dan kepada para pembaca umumnya.
Pontianak, Nopember 2011
Penyusun
BAB
I
PENDAHULUAN
Makin maju ilmu pengetahuan mengakibatkan tiap
generasi harus meningkatkan pola frekuensi belajarnya. Agar pendidikan dapat
dilaksanakan lebih baik tidak terkait oleh aturan yang mengikat kreativitas
pembelajar, kiranya tidak memadai hanya digunakan sumber belajar, seperti
dosen/guru, buku, modul, audio visual, dan lain-lain, maka hendaknya diberikan
kesempatan yang lebih luas dan aturan yang fleksibel kepada pebelajar untuk
menentukan strategi belajarnya.
Pola pembelajaran tradisional yang dikenal
adalah di mana pengajar mempunyai kedudukan sebagai satu-satunya sumber
belajar, menentukan isi dan metode belajar, serta menilai kemampuan belajar
pebelajar dalam pembelajaran. Maka untuk itu dikembangkanlah berbagai metode
pembelajaran yang sesuai untuk dapat mempertinggi proses belajar dan dapat
mempertinggi hasil belajar. Ada beberapa alas an, mengapa media pembelajaran
dapat mempertinggi hasil belajar. Media pembelajaran yang dipersiapkan secara
khusus oleh kelompok pengajar media yang berinteraksi dengan pembelajar secara
tidak langsung, yaitu melalui media, pengajar kelas dan pengajar media. Pola
pembelajaran yang demikian dapat digambarkan sebagai berikut
Pola pemelajaran tersebut menggambarkan
tanggung jawab bersama antara pengajar dan media, dan meningkatkan profesional
pengajar. Di samping memperbanyak media pembelajaran juga mendesain bahan
pembelajaran yang lengkap, sistematis, dan terprogram untuk keperluan belajar
mandiri pembelajar. Oleh karena itu, kehadiran pengajar dapat sepenuhnya
digantikan oleh media yang diciptakan.
BAB
II
PENGERTIAN
BELAJAR DAN PEMBELAJARAN
a. Belajar
Menurut Slavin dalam Catharina Tri
Anni (2004), belajar merupakan proses perolehan kemampuan yang berasal dari
pengalaman. Menurut Gagne dalam Catharina Tri Anni (2004), belajar merupakan
sebuah sistem yang didalamnya terdapat berbagai unsur yang saling terkait
sehingga menghasilkan perubahan perilaku.
Sedangkan menurut Bell-Gredler
dalam Udin S. Winataputra (2008) pengertian belajar adalah proses yang
dilakukan oleh manusia untuk mendapatkan aneka ragam competencies,
skills, and attitude. Kemampuan (competencies), keterampilan
(skills), dan sikap (attitude) tersebut diperoleh secara bertahap dan
berkelanjutan mulai dari masa bayi sampai masa tua melalui rangkaian proses
belajar sepanjang hayat.
Ciri-ciri belajar adalah : (1)
Belajar harus memungkinkan terjadinya perubahan perilaku pada diri individu.
Perubahan tersebut tidak hanya pada aspek pengethauan atau kognitif saja tetapi
juga meliputi aspek sikap dan nilai (afektif) serta keterampilan (psikomotor);
(2) perubahan itu merupakan buah dari pengalaman. Perubahan perilaku yang
terjadi pada individu karena adanya interaksi antara dirinya dengan lingkungan
. interaksi ini dapat berupa interaksi fisik dan psikis; (3) perubahan
perilaku akibat belajar akan bersifat cukup permanen.
b. Pembelajaran
Menurut Gagne, Briggs, dan wagner
dalam Udin S. Winataputra (2008) pengertian pembelajaran adalah serangkaian
kegiatan yang dirancang untuk memungkinkan terjadinya proses belajar pada
siswa.
Menurut UU Nomor 20 tahun 2003
tentang Sisdiknas, pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan
pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.
Pada dasarnya yang utama dari pembelajaran
adalah inisiasi, fasilitasi, dan peningkatan proses belajar siswa. Sedangkan
komponen-komponen dalam pembelajaran adalah tujuan, materi, kegiatan, dan
evaluasi pembelajaran.
BAB
III
KONSEP
BELAJAR DAN PEMBELAJARAN
Konsep
Belajar
Belajar, pada
hakekatnya, adalah proses interaksi terhadap semua situasi yang ada di sekitar
individu. Belajar dapat dipandang sebagai proses yang diarahkan kepada tujuan dan proses berbuat melalui berbagai
pengalaman. Menurut Sudjana,1989 Belajar juga merupakan proses melihat,
mengamati dan memahami sesuatu. Sedangkan menurut Witherington, 1952
menyebutkan bahwa “Belajar merupakan perubahan dalam kepribadian yang
dimanifestasikan sebagai suatu pola-pola respon yang berupa keterampilan,
sikap, kebiasaan, kecakapan atau pemahaman”.
Beberapa hal yang
berkaitan dengan pengertian belajar yaitu belajar suatu proses yang berkesinambungan yang berlangsung
sejak lahir hingga akhir hayat, dalam belajar terjadi adanya perubahan tingkah
laku yang bersifat relatif permanen, hasil belajar ditunjukan dengan tingkah
laku,dalam belajar ada aspek yang berperan yaitu motivasi, emosional, sikap,dan
yang lainnya. Menurut Gagne dan Briggs (1988), perubahan tingkah laku dalam
proses belajar menghasilkan aspek perubahan seperti kemampuan membedakan,
konsep kongkrit, konsep terdefinisi, nilai, nilai/aturan tingkat tinggi, strategi kognitif, informasi verbal,
sikap, dan keterampilan motorik.
Proses belajar terjadi
apabila individu dihadapkan pada situasi di mana ia tidak dapatmenyesuaikan diri
dengan cara biasa, atau apabila ia harus mengatasi rintangan-rintangan yang
mengganggu kegiatan-kegiatan yang diinginkan. Proses penyesuain diri mengatasi
rintangan terjadi secara tidak sadar, tanpa pemikiran yang banyak terhadap apa
yang dilakukan. Dalam hal ini pelajar mencoba melakukan kebiasaan atau tingkah
laku yang telah terbentuk hingga ia mencapai respon yang memuaskan.
Jadi belajar adalah
suatu proses perubahan tingkah laku yang berkesinambungan antara berbagai unsur
dan berlangsung seumur hidup yang
didorong oleh berbagai aspek seperti motivasi, emosional, sikap dan yang
lainnya dan pada akhirnya menghasilkan sebuah tingkah laku yang diharapkan.
Unsur utama dalam belajar adalah individu sebagai peserta belajar, kebutuhan
sebagai sumber pendorong, situasi belajar, yang memberikan kemungkinan
terjadinya kegiatan belajar.
Konsep pembelajaran
Pembelajaran (instruction)
merupakan akumulasi dari konsep mengajar (teaching) dan konsep belajar
(learning). Penekanannya terletak pada perpaduan antara keduanya,
yakni kepada penumbuhan aktivitas subjek didik. Konsep tersebut dapat dipandang
sebagi suatu sistem. sehingga dalam sistem belajar ini terdapat
komponen-komponen siswa atau
peserta didik, tujuan, materi untuk mencapai tujuan, fasilitas dan prosedur
serta alat atau media yang harus dipersiapkan. Davis, l974 mengungkapkan bahwa learning system menyangkut
pengorganisasian dari perpaduan antara manusia,
pengalamanbelajar, fasilitas, pemeliharaan atau pengontrolan, dan prosedur yang
mengatur interaksi perilaku pembelajaran untuk mencapai tujuan sedangkan dalam system teaching sistem, komponen perencanaan mengajar, bahan
ajar, tujuan, materi dan metode, serta penilaian dan langkah mengajar akan
berhubungan dengan aktivitas belajar untuk mencapai tujuan.
Kenyataan bahwa dalam
proses pembelajaran terjadi pengorganisasian, pengelolaan dan transformasi
informasi oleh dan dari guru kepada siswa. Menurut Meier, 2002 mengemukakan
bahwa semua pembelajaran manusia pada hakekatnya mempunyai empat unsur, yakni
persiapan (preparation), penyampaian (presentation),
pelatihan (practice), penampilan hasil (performance).
a. Persiapan (Preparation)
Tahap persiapan
berkaitan dengan mempersiapkan peserta belajar untuk belajar. Tanpa itu,
pembelajaran akan lambat dan bahkan dapat berhenti sama sekali. Salah satu
tujuan penyiapan peserta belajar adalah mengajaknya memasuki kembali dunia kanak-kanak
mereka, sehingga kemampuan bawaan mereka untuk belajar dapat berkembang
sendiri. Dunia kanak-kanak ditandai dengan keterbukaan, kebebasan, kegembiraan
dan rasa ingin tahu yang sangat besar.
Hal tersebut dapat
dilakukan dengan memberikan sugesti positif, memberikan pernyataan yang memberi
manfaat, menenangkan rasa takut, menyingkirkan hambatan belajar, banyak
bertanya dan mengemukakan berbagai masalah, merangsang rasa ingin tahu dan
mengajak belajar penuh dari awal, membangkitkan rasa ingin tahu, menciptakan
lingkungan fisik, emosional, sosial yang positif, memberikan tujuan yang jelas
dan bermakna. Pembelajaran jika
dilakukan dengan persiapan matang sesuai dengan karakteristik kebutuhan,
materi, metode, pendekatan, lingkungan serta kemampuan guru, maka hasilnya
diasumsikan akan lebih optimal.
Asumsi negatif tentang
belajar cenderung menciptakan pengalaman negatif dan asumsi positif cenderung
menciptakan pengalaman positif. Sugesti tidak boleh berlebihan, menimbulkan
kesan bodoh, dangkal, tetapi harus realistik, jujur dan tidak bertele-tele.
Menurut Merton (1986), dalam kejadian apapun, jika sudah menetapkan hati untuk
mencapai hasil positif, kemungkinan besar hasil positif yang akan dicapai.
Ketika asumsi negatif sudah digantikan dengan yang positif, maka rasa gembira
dan lega dapat mempercepat pembelajaran.
Menciptakan asumsi
positif tentang belajar dapat dilakukan dengan menata tempat duduk secara
dinamis, menghiasi ruang belajar, atau apa yang ada dalam lingkungan belajar
yang dapat menambah warna, keindahan, minat serta rangsangan belajar peserta
didik. Termasuk dengan kehangatan musik, sebagaimana banyak dilakukan dalam
inovasi-inovasi pembelajaran modern saat ini.
Ada garis lurus antara
tujuan dan manfaat, tetapi tujuan cenderung dikaitkan dengan apa, sedangkan
manfaat dikaitkan dengan “mengapa”. Peserta belajar dapat belajar paling baik
jika mereka tahu mengapa mereka belajar dan dapat menghargai bahwa pembelajaran
mereka punya relevansi dan nilai bagi diri mereka secara pribadi. Orang belajar
untuk mendapatkan hasil bagi diri sendiri. Jika mereka tidak melihat ada
hasilnya, mengapa harus belajar.
Oleh karena itu,
penting sekali untuk sejak awal menegaskan manfaat belajar sesuatu agar orang
merasa terkait dengan topik pelajaran itu secara positif. Dalam banyak kasus,
persiapan pembelajaran dapat dimulai sebelum dimulainya program belajar.
Kerjasama membantu peserta belajar mengurangi stres dan lebih banyak
memanfaatkan energinya untuk belajar. Interaksi sangat penting dalam membangun
komunitas belajar. Hal ini dapat dimulai dengan program tugas kelompok yang
dikaitkan dengan pengenalan, tujuan, manfaat bagi peserta belajar atau
penilaian pengetahuan. Upaya belajar benar-benar bergantung pada peserta
belajar dan bukan merupakan tanggung jawab perancang atau fasilitatornya.
b. Penyampaian
(Presentation)
Tahap penyampaian dalam
siklus pembelajaran dimaksudkan untuk mempertemukan peserta belajar dengan
materi belajar yang mengawali proses belajar secara positif dan menarik. Tahap
penyampaian dapat dilakukan dengan kegiatan presentasi di kelas. Belajar adalah
menciptakan pengetahuan, bukan menelan informasi, maka presentasi dilakukan
semata-mata untuk mengawali proses belajar dan bukan untuk dijadikan fokus
utama.
Tujuan tahap
penyampaian adalah membantu peserta belajar menemukan materi belajar yang baru
dengan cara yang menarik, menyenangkan, relevan, melibatkan penca indra dan
cocok untu semua gaya belajar. Hal ini dapat dilakukan melalui uji coba
kolaboratif dan berbagi pengetahuan, pengamatan fenomena dunia nyata, pelibatan
seluruh otak dan tubuh peserta belajar,presentasi interaktif, melalui aneka
macam cara yang disesuaikan dengan seluruh gaya belajar termasuk melalui proyek
belajar berdasarkan-kemitraan dan berdasarkan tim, pelatihan menemukan, atau dengan
memberi pengalaman belajar didunia nyata yang kontekstual serta melalui
pelatihan memecahkan masalah.
c. Latihan (Practice)
Tahap latihan ini dalam
siklus pembelajaran berpengarruh terhadap
70% atau lebihpengalaman belajar keseluruhan. Dalam tahap inilah pembelajaran
yang sebenarnya berlangsung. Peranan instruktur atau pendidik hanyalah
memprakarsai proses belajar dan menciptaan suasana yang mendukung kelancaran
pelatihan. Dengan kata lain tugas instruktur atau pendidik adalah menyusun
konteks tempat peserta belajar dapat menciptakan isi yang bermakna mengenai
materi belajar yang sedang dibahas. Tujuan tahap pelatihan adalah membantu
peserta belajar mengintegrasikan dan menyerap pengetahuan dan keterampilan baru
dengan berbagai cara. Seperti aktifitas pemrosesan, permainan dalam belajar,
aktifitas pemecahan masalah dan refleksi dan artikulasi individu, dialog
berpasangan atau kelompok, pengajaran dan tinjauan kolaboratif termasuk
aktifitas praktis dalam membangun keterampilan lainnya.
d. Penampilan
Hasil (Performance)
Proses belajar
seringkali mengabaikan tahap adahal ini sangat penting disadari bahwatahap ini merupakan satu kesatuan dengan
keseluruhan proses belajar.
Tujuan tahap penampilan hasil ini adalah untuk memastikan bahwa pembelajaran
tetap melekat dan berhasil diterapkan, membantu peserta belajar menerapkan
danmemperluas pengetahuan atau keterampilan baru mereka pada pekerjaan sehingga
hasil belajar akan melekat dan penampilan hasil akan terus meningkat seperti;
penerapan di dunia maya dalam tempo segera, penciptaan dan pelaksanaan rencana
aksi, dan aktifitas penguatan penerapan. Setelah
mengalami tiga tahap pertama dalam siklus pembelajaran, kita perlu memastikan
bahwa orang melaksanakan pengetahuan dan keterampilan baru mereka pada
pekerjaan mereka, nilai-nilai nyata bagi diri mereka sendiri, organisasi dan
klien organisasi.
Persoalannya dalam
dunia pendidikan di persekolahan banyak yang menyalahi proses ini. Padahal jika
salah satu dari empat tahap tersebut tidak ada, maka belajarpun cenderung
merosot atau terhenti sama sekali. Pembelajaran akan terganggu jika peserta
belajar tidak terbuka dan tidak siap untuk belajar, tidak menyadari manfaat
belajar untuk diri sendiri, tidak memiliki minat, atau terhambat oleh rintangan
belajar. Hal yang sama terjadi jika gaya belajar pribadi seseorang tidak
diperhatikan dalam tahap penyampaian.
BAB
IV
MODEL-MODEL
PENGEMBANGAN PEMBELAJARAN
Model-Model Pengembangan
Pembelajaran
Dewasa ini ada beberapa model pengembangan
pembelajaran dan setiap model pengembangan pembelajaran memiliki keunggulan dan
keterbatasan. Model-model pengembangan pembelajaran antara lain : model Briggs,
model PPSI, model Elaborasi, model kemp, model Dick and Carey, model Gerlach
dan Ely, Model Bela H.Banaty, model Merril, model IDI, model Degeng, model
pembelajaran konstekstual, dll
Pada pengembangan ini ada enam model
pembelajaran yang memiliki model yang berbeda, yaitu:
1.
Model Elaborasi (1975)
Model Elaborasi, berorientasi pada cara untuk
mengorganisasi pembelajaran, mulai dengan memberikan kerangka isi dari bidang
studi yang diajarkan. Kemudian memilah isi bidang studi menjadi bagian-bagian,
memilah tiap-tiap bagian menjadi sub-sub bagian, mengelaborasi tiap-tiap
bagian, demikian seterusnya sampai pembelajaran mencapai tingkat keterincian
tertentu sesuai spesiikasi tujuan.
2.
Model PPSI (1976)
Model PPSI, memandang pengajaran sebagai suatu
sistem. Bagian-bagian atau sub-sistem dari pengajaran, meliputi tujuan
pembelajaran, bahan pelajaran, kegiatan pembelajaran, alat-alat dan sumber
pembelajaran dan evaluasi. Semua komponen tersebut diorganisir sedemikian rupa
sehingga masing-masing komponen dapat berfungsi secara harmonis.
Tugas guru dalam PPSI adalah menyusun urutan langkah-langkah sehingga tersusun suatu urutan-urutan system pengajaran yang baik. Adapun urutan langkah-langkah dalam PPSI itu adalah sebagai berikut:
Tugas guru dalam PPSI adalah menyusun urutan langkah-langkah sehingga tersusun suatu urutan-urutan system pengajaran yang baik. Adapun urutan langkah-langkah dalam PPSI itu adalah sebagai berikut:
·
Merumuskan
tujuan instruksional khusus
·
Menyusun
alat evaluasi
·
Menetapkan
kegiatan pembelajaran
·
Merancang
program pengajaran
·
Malaksanakan
program
3. Model Kemp (1985)
Model Kemp, berorientasi pada perancangan
pembelajaran yang menyeluruh dengan sasaran guru sekolah dasar dan sekolah
menengah, dosen perguruan tinggi, pelatih di bidang industry, serta ahli media
yang akan bekerja sebagai perancang pembelajaran.
Menurut Miarso dan Soekamto, model pembelajaran
Kemp dapat digunakan di semua tingkat pendidikan, mulai dari Sekolah dasar
sampai perguruan tinggi.
Ada 4 unsur yang merupakan dasar dalam membuat
model kemp:
·
Untuk
siapa program itu dirancang? (ciri pebelajar)
·
Apa
yang harus dipelajari? (tujuan yang akan dicapai)
·
Bagaimana
isi bidang studi dapat dipelajari dengan baik? (metode/strategi pembelajaran)
·
Bagaimana
mengetahui bahwa proses belajar telah berlangsung? (evaluasi)
4. Model Dick and Carey (1990)
Model Dick and Carey, berorientasi pada hasil
dan sistem.Karena dengan menerapkan model ini, maka akan menghasilkan bahan
pembelajaran yang dapat digunakan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran dan
model pengembangan ini menerapkan langkah-langkah yang sistematis.
Model Dick & Carey dimulai dengan mengenali
tujuan pembelajaran, melakukan analisis pembelajaran , mengenali tingkah laku
masukan dan karakteristik pebelajar, merumuskan tujuan performasi,
mengembangkan strategi pembelajaran, mengembangkan dan memilih materi
pembelajaran, mendesain dan melakukan penilaian normative. Kemudian langkah
terakhir ialah memperbaiki atau merevisi pembelajaran.
5. Model Degeng (1990 dan
1997)
Memberi keluwesan dan keleluasaan bagi desainer
dan pengembang untuk mengembangkan gagasan dan menuangkannya dalam karya nyata
pada produk pengembangannya. Hal tersebut tergambar secara kronologis tentang
penyampaian dari hal-hal mendasar atau konseptual, prinsip, dan berurutan. Pada
posisi ini, pembelajaran disusun melalui langkah-langkah penyampaian tujuan,
pengambaran dalam epitome dan penjabaranya.
Kandungan prinsip teori Elaborasi yang adaptasi
dalam Model Degeng (1990, 1997) sejalan dengan prinsip-prinsip umum
pembelajaran dikemukakan oleh para ahli dan mengikuti norma umum pembelajaran
yang menggunakan teori sistem (Muhamad, 1999).
Model Degeng termasuk model pengembangan
pembelajaran:
·
Classroom
focus yaitu: pembelajaran yang didalamnya melibatkan; pengajar, pembelajar,
kurikulum, dan fasilitas;
·
Untuk
pengembangan paket pembelajaran digunakan secara klasikal dan individual;
·
Untuk
pengembangan pembelajaran pada kappabilitas belajar fakta, konsep, prosedur dan
prinsip
·
Dalam
pengorganisasian isi pembelajaran menggunakan teori Elaborasi baik pada
strategitingkat mikro maupun macro;
·
Bersifat
prespektif, yaitu pembelajaran yang berorientasi pada tujuan dan pemecahan
belajar, dan
·
Memiliki
langkah-langkah yang lengkap dan mampu memberikan arahan detail sampai
·
padatingkat
produk yang jelas
6. Model CTL (1986,2000)
Model Pembelajaran konstekstual (Constextual
Teaching and Learning(CTL)), merupakan konsep belajar yang membantu guru yang
mengaitkan antara bahan/materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata
pebelajar dan mendorong pebelajar membuat hubungan antara pengetahuan yang
dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga
dan masyarakat. Dengan konsep ini, hasil pembelajaran diharapkan lebih bermakna
bagi pembelajar.
Pembelajaran konteksual (Contextual Teaching
and learning(CTL)), adalah konsep belajar yang membantu pengajar mengaikan
antara bahan/materi yang diajarkanya dengan situasi dunia nyata belajar dan
mendorong pembelajar membuat hubungan antara pengetahuan yang demikian dengan
penerapanya dalam kehidupan mereka sehari-hari, dengan melibatkan tujuan
komponen utama pembelajaran efektif, yakni: konstrutivisme, bertanya,
menemukan, masyarakat belajar, pemodelan dan penilaian sebenarnya.
Penerapan CTL dalam
pembelajaran di kelas.
Sebuah kelas dikatakan menggunakan pendekatan
CTL jika menerapkan ketujuh komponen dalam pembelajaranya, yaitu konstrutivisme,menemukan
, bertanya, masyarakat belajar, pemodelan, refleksi, dan penilaian sebenarnya
Desain Model Pembelajaran
Berbasis CTL
Dalam pembelajaran CTL, program pembelajaran
lebih merupakan kegiatan kelas didesain pengajar, yang berisi scenario tahap
demi tahap tentang apa yang akan dilakukan bersama pembelajar sehubungan dengan
topik yang akan dipelajarinya.
Penyusunan desain program pembelajaran berbasis CTL adalah
sebagai berikut:
·
Nyatakan
kegiatan utama pembelajaranya, yaitu sebuah peryataan kegiatan pembelajar yang
merupakan gabungan antara kompetisi dasar, materi/bahan pokok, dan indicator
pencapaian hasil bekajar.
·
Nyatakan
tujuan umum pembelajaran
·
Rincian
media untuk mendukung kegiatan itu
·
Buatlah
scenario tahap demi tahap kegiatan pemblajar.
·
Nyatakan
authentic assessment-nya yaitu dengan data apa pembelajar dapat diamati
partisipasinya dalam authentic assessment-nya.
BAB V
PENUTUP
Kesimpulan
Proses belajar terjadi
apabila individu dihadapkan pada situasi di mana ia tidak dapatmenyesuaikan diri
dengan cara biasa, atau apabila ia harus mengatasi rintangan-rintangan yang
mengganggu kegiatan-kegiatan yang diinginkan. Proses penyesuain diri mengatasi
rintangan terjadi secara tidak sadar, tanpa pemikiran yang banyak terhadap apa
yang dilakukan. Dalam hal ini pelajar mencoba melakukan kebiasaan atau tingkah
laku yang telah terbentuk hingga ia mencapai respon yang memuaskan.
Pada dasarnya yang utama dari
pembelajaran adalah inisiasi, fasilitasi, dan peningkatan proses belajar siswa.
Sedangkan komponen-komponen dalam pembelajaran adalah tujuan, materi, kegiatan,
dan evaluasi pembelajaran.
Daftar Pustaka
Tidak ada komentar:
Posting Komentar