TUGAS TERSTRUKTUR
MATA KULIAH BELAJAR DAN
PEMBELAJARAN
“ PENDIDIKAN
BERWAWASAN LINGKUNGAN “
DOSEN : Prof. Dr. H. MASHUDI, M.Pd
MAKALAH
Disusun Oleh :
NOVIA
SARI
F01110050
PENDIDIKAN
EKONOMI
FAKULTAS
KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS
TANJUNGPURA
PONTIANAK
2011
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur
Penulis Panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat limpahan Rahmat
dan Karunia-Nya sehingga penulis dapat menyusun makalah ini tepat pada
waktunya. Makalah ini membahas tentang “PENDIDIKAN BERWAWASAN LINGKUNGAN”.
Dalam penyusunan
makalah ini, penulis banyak mendapat tantangan dan hambatan akan tetapi dengan
bantuan dari berbagai pihak tantangan itu bisa teratasi. Olehnya itu, penulis
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah
membantu dalam penyusunan makalah ini, semoga bantuannya mendapat balasan yang
setimpal dari Tuhan Yang Maha Esa.
Penulis menyadari
bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik dari bentuk penyusunan
maupun materinya. Kritik konstruktif dari pembaca sangat penulis harapkan untuk
penyempurnaan makalah selanjutnya.
Akhir kata semoga
makalah ini dapat memberikan manfaat kepada kita sekalian.
Pontianak, November 2011
|
BAB
I
PENDAHULUAN
1.
LATAR BELAKANG
Masalah lingkungan adalah masalah kolektif,
artinya hanya dapat diatasi dan ditanggulangi secara kolektif (bersama-sama)
walaupun penyebabnya mungkin oleh sekelompok (masyarakat) kecil atau oleh
individu (perorangan) tertentu. Begitu pula kesalahan yang dilakukan oleh
kelompok atau individu tertentu dampaknya malah dibebankan pada kelompok
masyarakat lain yang tidak berdosa. Masyarakat
dalam memanfaatkan lingkungan, baik sebagai sumber pemenuhan kebutuhan hidup
seperti pangan, maupun sebagai tempat istirahat dan pembinaan sosial seperti
pemukiman, rekreasi, olah raga, dan tempat memproduksi barang kebutuhan hidup
manusia seperti sandang dan peralatan rumah tangga atau lainnya. Kadang-kadang
hanya berorientasi pada keuntungan dan manfaat yang dirasakan pada kelompok
atau masyarakat yang mengusahakan saja. Padahal kadang-kadang keuntungan
tersebut diambil dari kelompok masyarakat yang lain sehingga menimbulkan
kerugian di pihak lain.
Kerusakan lingkungan semakin hari semakin
intensif dan terus meningkat, sehingga dampaknya pada kehidupan manusia semakin
berat dan kompleks. Dampak pengrusakan lingkungan oleh manusia berlangsung
secara perlahan-lahan sehingga sering tidak disadari oleh pelaku (pengrusak
lingkungan), karena pada awalnya lingkungan mempunyai daya toleransi (daya
lenting) dan apabila telah terlampaui maka kualitas lingkungan terus merosot
dan berdampak pada malapetaka dan penghancuran keberlangsungan hidup manusia di
muka bumi.
Pada awalnya manusia hanya memanfaatkan
lahan untuk bercocok tanam dengan hasil awal yang sangat menjanjikan, tetapi
lambat laun kesuburan tanah semakin menurun, lapisan tanah semakin tipis, biaya
pengolahan semakin mahal, dan produksi semakin merosot, dan ujung-ujungnya
kebutuhan hidup tidak terpenuhi dan kemiskinan akan terbentuk. Pada saat itulah
bahwa lingkungan sudah tidak mampu mendukung kehidupan serta malapeta dan
bencana alam mulai bermunculan seperti longsor, kekeringan, banjir, dan
kelaparan. Masalah lingkungan terjadi
secara bertahap dan perlahan-lahan sehingga hampir tidak disadari oleh pelaku
pengrusakan. Begitu pula untuk memperbaiki dan menanggulanginya pun dilakukan
secara bertahap dan berangsur-angsur serta diperlukan waktu yang cukup lama.
Karena sekali polutan masuk ke lingkungan maka diperlukan waktu ratusan tahun
untuk pemulihannya. Oleh karena itu semboyan lama dalam memperbaiki lingkungan
masih baik untuk kita ikuti yaitu “mencegah lebih baik dari pada memperbaiki”.
Mencegah dan memperbaiki lingkungan perlu
pemahaman yang cukup luas berkenaan dengan sistem yang tejadi di lingkungan,
sehingga diperlukan program yang terencana dan jelas serta dilakukan secara
bertahap dan sistematis. Karena dalam memperbaiki lingkungan tidak cukup dengan
pengetahuan saja, tetapi harus didukung dengan mental dan perilaku serta sikap
yang sungguh-sungguh dari setiap komponen masyarakat. Untuk membentuk
masyarakat tersebut, maka dalam bidang pendidikan ke depan diperlukan
pendidikan lingkungan dan pendidikan yang berwawasan lingkungan mulai sejak
pendidikan dasar sampai pada pendidikan tinggi.
2.
RUMUSAN MASALAH
Bagaimana kerusakan lingkungan
bisa tejadi?
Bagaimana cara menanggulangi
masalah kerusakan lingkungan dengan cara pendidikan?
Apa-apa saja peran serta
masyarakat dalam manangani masalah kerusakan lingkungan?
3.
MANFAAT DAN TUJUAN
Manfaat dan tujuan dari makalah
ini adalah :
-
Memberikan informasi tentang pendidikan berwawasan lingkungan
-
Sebagai bahan evaluasi bagi siapapun akan pentingnya lebersihan
lingkungan
-
Memenuhi tugas terstruktur mata kuliah pengantar ilmu sosial pada pertengahan
semester pertama.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
KERUSAKAN LINGKUNGAN
Lingkungan adalah suatu ruang yang
mengandung makhluk hidup (biotis) dan benda mati (abiotis) serta tatanan
(sistem) interaksinya secara menyeluruh (holistik) (Suratmo, 1999). Lingkungan
akan muncul sebagai suatu masalah apabila telah merugikan dan mempengaruhi
kelangsungan hidup manusia. Pada awalnya mungkin apa yang dilakukan oleh
manusia pada masa lalu lebih buruk ketimbang dari manusia masa kini. Tetapi
yang membedakan pada masa lalu jumlah manusia masih sedikit sehingga kerusakan
yang ditimbulkan oleh manusia masih dalam batas toleransi alam dan alam dapat
memperbaharuinya. Tetapi pada saat ini jumlah manusia semakin banyak sehingga
akumulasi kesalahan dalam mengelola lingkungan sudah tidak dapat di toleransi
oleh alam, dan pengembaliannya diperlukan waktu yang cukup lama.
Kalau ditelusuri hampir semua kegiatan
selalu berdampak pada kerusakan lingkungan, hal ini dapat diamati dari ketidak
berlanjutan kegiatan tersebut, sebagai contoh :
a. Pertanian
Pembangunan pertanian yang telah dilakukan
ternyata telah menuai kegagalan dari sisi lingkungan, karena pada awalnya
pertanian sebagai sumber kehidupan sebagian besar masyarakat Indonesia,
kemudian ditata seiring terus meningkatnya jumlah penduduk dengan sistem “panca
usahatani”, ternyata dalam waktu 20 tahun sistem tersebut tidak dapat
berlanjut, karena muncul berbagai jenis penyakit dan hama baru yang memiliki
kekebalan pada berbagai jenis racun tanaman. Biota air tawar musnah akibat
pestisida yang digunakan sehingga kualitas generasi muda petani menurun akibat
pasokan protein ikan yang biasa dikonsumsi masyarakat petani berkurang. Muncul
berbagai penyakit baru di masyarakat petani karena banyak mengkonsumsi pangan
yang telah tercemari oleh pertisida dan pupuk pemacu pertumbuhan tanaman.
Kualitas air permukaan dan air tanah terus menurun karena banyak tercemari oleh
pestisida dan pupuk yang digunakan, sehingga petani harus mengeluarkan biaya
tambahan untuk penyediaan air bersih. Kualitas perairan laut terus menurun
karena muara sungai banyak tercemari air yang berasal dari daerah pertanian.
b. Kehutanan
Sektor kehutanan pada awalnya merupakan
sektor yang paling diandalkan dalam pembangunan, sehingga pengeksploitasian
sumberdaya hutan terus menerus tanpa mempertimbangkan aspek daya dukungnya.
Manusia lupa bahwa untuk membentuk hutan yang dapat dimanfaatkan kayunya
diperlukan waktu ratusan tahun, sementara menebangnya hanya dibutuhkan waktu
beberapa saat saja. Sehingga pemulihan hutan hampir tidak mungkin terjadi.
Dampaknya saat ini dapat dilihat, kerusakan hutan dimana-mana dan bencanamnya
telah merusak penduduk dan masyarakat yang ada disekitarnya.
c. Industri dan Transportasi
Industri dan transportasi merupakan kebutuhan yang bergandengan
untuk menunjang kehidupan masyarakat saat ini. Karena banyak manfaat yang dapat
dihasilkan baik secara lagsung manupun tidak langsung. Tetapi sampai saat ini
efisiensi pemanfaatan bahan baku untuk industri dan pemakaian bahan bakar untuk
proses industri dan transportasi masih belum seimbang. Sehingga polusi dan
pengurasan sumberdaya alam terus berlangsung akibatnya kualitas udara, air, dan
tanah terus menurun yang ujung-ujungnya kualitas hidup manusia juga menurun
yang ditunjukkan dengan penyakit yang semakin variatif dan mengejutkan.
d. Kualitas dan Degradasi Lahan
Kualitas lahan yang tadinya cukup
menjanjikan pada saat ini terus merosot akibat adanya kesalahan dalam mengelola
dan pencemaran industri dan transportasi. Daerah pedataran yang tadinya identik
dengan daerah pesawahan sekarang banyak yang dialih fungsikan menjadi kawasan
industri dan pemukiman. Pada lahan sawah yang masih bertahan harus memikul
akibatnya dengan pengairan yang sudah tercemar dengan limbah industri sehingga
selain produksinya merosot juga hasilnya telah tercemar yang jika dijual
harganya jatuh dan tidak layak untuk dikonsumsi.
Degradasi fisik lahan terjadi sangat
intensif sehingga banjir, pelumpuran, dan sedimentasi di bagian hilir terus
terjadi. Dampaknya air permukaan tidak dapat dimanfaatkan, air tanah semakin
sedikit, areal pertanian rusak oleh genangan dan lumpur, produktivitas terus
menurun. Dampaknya beban pemerintah dan masyarakat semakin tinggi karena
bantuan pangan dan kemanusian untuk daera hilir harus mengalir, dan bantuan
penghijauan/reboisasi dibagian hulu harus didahulukan.
B.
LINGKUNGAN YANG
BERKELANJUTAN
Lingkungan yang berkelanjutan adalah
lingkungan yang dapat memenuhi kebutuhan generasi sekarang dan yang akan datang
berdasarkan potensinya dalam aspek fisiokimia, biologi, dan sosial ekonomi
(Gilpin, 1996). Sedangkan dalam The Bruntland Commission Report tahun 1987 yang
berjudul “Our Common Future” dijelaskan batasan/pengertian tentang
pembangunan berkelanjutan (Sustainable Development) sebagai berikut adalah
pembangunan yang dapat menjamin terpenuhinya kebutuhan manusia atau penduduk
saat ini tanpa mengurangi potensi pemenuhan kebutuhan dan aspirasi manusia di
masa mendatang.
Dari batasan tersebut maka pembangunan
berkelanjutan mengandung tiga pengertian yaitu:
(1) memenuhi kebutuhan penduduk saat ini tanpa mengorbankan
kebutuhan penduduk di masa yang akan datang,
(2) tidak melampaui daya dukung lingkungan
(ekosistem),
(3) mengoptimalkan pemanfaatan sumberdaya alam dengan menyelaraskan
manusia dan pembangunan dengan sumberdaya alam (Sitorus, 2004).
Masalah lingkungan mulai disadari oleh
masyarakat dunia sejak tahun 1970-an sehingga Badan Dunia yaitu PBB mengadakan
Konferensi tentang Lingkungan yang diselenggarakan pada tanggal 5 hingga 16
Juni 1972 di Stockholm Swedia melahirkan deklarasi Stockholm, yang menyatakan
bahwa perlindungan dan perbaikan lingkungan adalah masalah pokok yang dirasakan
oleh seluruh masyarakat dunia, sehingga menghimbau untuk melakukan usaha
bersama menyelamatkan dan memelihara lingkungan, demi kepentingan semua orang.
Bahkan dalam salah satu azasnya (azas 19) menyatakan bahwa perlunya “pendidikan
tentang lingkungan bagi generasi muda”.
Upaya-upaya yang dilakukan oleh Pemerintah
Indonesia untuk memberikan penyadaran pada generasi muda tentang lingkungan
terus ditingkatkan baik melalui pendidikan sekolah maupun pendidikan luar
sekolah. Pendidikan sekolah misalnya dengan menyisipkan pada mata pelajaran
geografi atau mata pelajaran lain yang terkait. Sedangkan pada pendidikan luar
sekolah dalam bentuk penyuluhan dan kampanye sadar lingkungan serta beberapa
kegiatan lain yang terkait. Tetapi upaya-upaya tersebut jika dibandingkan
dengan tingkat kerusakan lingkungan yang terjadi di masyarakat tidak
signifikan. Berdasarkan uraian tersebut,
maka ada kekeliruan atau ketidak tepatan antara misi pendidikan lingkungan
dengan pemahaman lingkungan dan pelaksanaannya di masyarakat, sehingga perlu
ada perbaikan dari sisi materi yang harus diajarkan pada siswa maupun status
pendidikan lingkungan harus menjadi satu mata pelajaran tersendiri mulai dari
pendidikan dasar sampai perguruan tinggi.
C.
PENDIDIKAN SEBAGAI
PENGHAMBAT KERUSAKAN LINGKUNGAN
Lingkungan sebagai media tempat hidup
masyarakat secara alamiah kualitasnya terus merosot seiring dengan semakin
meningkatnya jumlah penduduk. Tetapi yang menjadi tanggung jawab kita saat ini
adalah bagaimana caranya agar kerusakan tersebut tidak terlalu cepat sehingga
lingkungan memiliki kesempatan untuk pulih kembali dan lingkungan dapat
mendukung kehidupan secara berkelanjutan (Nugroho, 2002). Pada umumnya penduduk Indonesia berpendidikan
sampai pada sekolah dasar, hal ini menunjukkan bahwa tingkat pendidikannya
masih sangat rendah, maka wajar jika pemahaman pada lingkungannya pun masih
rendah, karena bekal informasi tentang lingkungan masih terbatas. Tetapi
kenyataannya kesalahan yang dilakukan oleh orang (masyarakat) yang
berpendidikan rendah tidak seberat yang dilakukan oleh yang bependidikan
tinggi. Sehingga perlu dirumuskan tentang bentuk dan informasi yang harus
disampaikan agar kerusakan lingkungan dapat dihambat.
Masalah lingkungan sering diabaikan dan
tidak diperhatikan oleh sebagian orang, karena sangat sulit jika dikalkulasi
untung ruginya secara individu (keluarga) dan dampaknya tidak dapat dirasakan
secara nyata. Sebagai contoh kesadaran masyarakat untuk membuat septictank lebih
responsif karena jika tidak membuat akan bau dan menimbulkan penyakit. Tetapi
jika disuruh membuat sumur resapan, masyarakat sangat sulit untuk melaksanakan
karena setelah membuat sumur resapan, masalah banjir dan kekeringan tetap akan
terjadi karena orang (masyarakat) yang lain tidak ikut membuat. Beberapa contoh yang salah dan tidak mendukung
pada lingkungan yang berkelanjutan :
1. Pada Tingkat Taman Kana-kanak dan Balita
Sering memperkenalkan buah-buahan dan sayuran, seperti pada
permainan bongkar pasang dan menggambar yang disajikan adalah produk pertanian
di daerah iklim sedang. Sehingga anak-anak lebih menyukai tanaman iklim sedang
dari pada tanaman tropika.
2. Pada Tingkat Pendidikan Dasar
Sering disajikan informasi bahwa Indonesia tanahnya subur dan kaya
raya bahkan tongkat kayu dilempar pun jadi tanaman. Pada hal kondisi alam kita
tidak seperti itu sehingga anak-anak menjadi malas.
3. Pada Tingkat Pendidikan Menengah
Pemahaman dan perilaku siswa tidak diajak pada pemahaman nyata,
seperti pengetahuan tentang tindakan konservasi tidak diiringi dengan contoh di
sekolah misalnya dibuat sumur resapan agar air yang jatuh di sekolah tidak
mengalir ke luar, halaman terbuka untuk istirahat siswa hampir tidak ada karena
dibuat bangunan untuk tambahan kelas baru, ruang laboratorium, ruang serba
guna, kantin dan ruang yang lainnya yang berlantai beton dan tembok, kalau ada
tanaman pun menggunakan pot.
4. Pada Perguruan Tinggi
Sikap dan perilaku mahasiswa dijauhkan dari kondisi alam nyata dan
bersifat konsumtif. Seperti pada saat orientasi mahasiswa kegiatannya diarahkan
untuk mencari dan membeli barang dan alat-alat yang kadang-kadang tidak
bermanfaat seperti balon gas, dan karung terigu. Padahal akan lebih bermanfaat
jika membawa bibit tanaman untuk program penghijauan.
BAB III
PENUTUP
a. Kesimpulan
1.
Kerusakan lingkungan semakin hari semakin intensif dan terus meningkat,
sehingga dampaknya pada kehidupan manusia semakin berat dan kompleks. Dampak
pengrusakan lingkungan oleh manusia berlangsung secara perlahan-lahan sehingga
sering tidak disadari oleh pelaku (pengrusak lingkungan), karena pada awalnya
lingkungan mempunyai daya toleransi (daya lenting) dan apabila telah terlampaui
maka kualitas lingkungan terus merosot dan berdampak pada malapetaka dan
penghancuran keberlangsungan hidup manusia di muka bumi. 2. Lingkungan sebagai
media tempat hidup masyarakat, secara alamiah kualitasnya akan merosot seiring
dengan semakin meningkatnya jumlah penduduk. Tetapi yang menjadi tanggung jawab
kita saat ini adalah bagaimana caranya agar kerusakan tersebut tidak terlalu
cepat sehingga lingkungan memiliki kesempatan untuk pulih kembali dan
lingkungan dapat mendukung kehidupan secara berkelanjutan.
3.
Ada kekeliruan atau ketidak tepatan antara misi pendidikan lingkungan dengan
pemahaman lingkungan dan pelaksanaannya di masyarakat, sehingga perlu ada
perbaikan dari sisi materi yang harus diajarkan pada siswa maupun status
pendidikan lingkungan harus menjadi satu mata pelajaran tersendiri mulai dari
pendidikan dasar sampai perguruan tinggi.
4.
Membuat sekolah sebagai media pembelajaran lingkungan seperti contoh sumur
resapan, taman sekolah yang mempunyai fungsi hidro-orologis, pencahayaan dan
tata letak sehingga pengetahuan dan pemahaman lingkungan bersatu dalam
keseharian di lingkungan sekolah.
b. Saran
Harus ada komunikasi yang baik antara pihak sekolah dan
pemerintah dalam menanggulangi masalah kerusakan lingkungan dengan cara penddikan.
DAFTAR PUSTAKA
Gilpin,
A. 1996. Dictionary of Environment and Sustainable Development. John Wiley
& Sons, Chichester.
Nugroho,
S.P. 2002. Peluang dan Tantangan Pengembangan Lahan Kering untuk Mendukung
Pembangunan Pertanian Berkelanjutan. Jurnal Air Lahan Lingkungan dan Mitigasi
Bencana 7 (1) : 9-13.
Sitorus,
S.R.P. 2004. Pengembangan Sumberdaya Lahan Berkelanjutan. Lab.Perencanaan
Pengembangan Sumberdaya Lahan Jurusan Tanah Fakultas Pertanian IPB, Bogor.
Suratmo,
F.G. 1999. Strategi dalam Menghadapi Masalah Lingkungan Dunia. Handout M.K. PSL
702 Pascasarjana IPB, Bogor.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar